Dalam salah satu artikelnya, Grace Leksana pernah berkata "young people are commonly perceived to be either in school or at work. however, the structural conditions of urban poverty and inadequate public services that have forced many young people out of school, also leave them unable to find employment. the vicious cycle of poor education and inadequate employment opportunities marginalises young people, leaving them virtually in ‘no man’s land’ - not young, but not able to be fully ‘adult’ either".
Bisa dibilang itu adalah gambaran umum yang terjadi di Indonesia, dimana rendahnya tingkat pendidikan, kemelaratan dan susahnya mencari pekerjaan tercover dengan sempurna berkat banyaknya mall dan tayangan sinetron di negara kita. Tapi jangan terlalu bersedih juga karenanya. Di luar sana masih banyak kok sosok-sosok berpotensi. sosok harapan bangsa yang baru lulus dari tempat mereka mencari ilmu, dan siap terjun ke dunia kerja, dunia nyata yang sesungguhnya.
Seperti semua hal yang berlaku di dunia ini, semua butuh proses. Dan bekerja pun juga ada prosesnya. Mula-mula diawali dengan mengincar posisi apa dan di perusahaan mana kita ingin mempekerjakan diri kita (semoga cap-cip-cup belalang kuncup sudah anda tinggalkan bersama crayon dan sepatu nyala di rumah anda, karena sungguh tidak bijaksana menyerahkan masa depan pada cara memilih a la anak ingusan). Setelah merasa menemukan sarang mana yang ingin kita tuju, mulailah tahap selanjutnya: mempersiapkan persyaratannya dan harap-harap cemas menunggu jadwal buat interview.
Meskipun ga semua orang mengalaminya, interview kerja adalah sesuatu yang menegangkan. Sesuatu yang asing dan belum pernah dialami, dan seringkli memberi efek cemas bagi kita. Sebagian orang mungkin menganggap its not a big deal, tapi buat sebagian orang lainnya, it's a big time deal. Ini adalah masalah.
Ambil contoh saya sendiri. Setelah kuliah di jurusan komunikasai selama hampir 7 tahun, saya masih saja mendapati communication apprehension terhadap orang-orang tertentu. Dalam sebuah rangkaian wawancara kerja saya yang pertama, saya diinterview oleh seorang Program Director. Saat itu saya bisa menjawab pertanyaannya sambil senyum-senyum karena kebetulan saya tidak sedang mengalami ketegangan komunikasi. Tapi begitu dibawa ketingkat yang lebih tinggi, duduk di depan Operational Manager yang sedang bekerja, sukses membuat saya keder luar biasa. Memang sang OM tidak sedang bekerja mengendalikan kuda supaya baik jalannya, tapi dia mengendalikan suasana dan temperatur ketegangan diruangan itu. Dan dari yang selama ini saya tahu, atmosfer tegang bekerja sangat baik terhadap tubuh saya karena mampu membuat perut mules luar biasa, hilang konsentrasi dan kosa kata, dan akhirnya cuman bisa diam. Belum lagi efek lanjutan setelah itu: demam !!.
Sepanjang ingatan saya, sejauh ini saya sudah pernah dibikin demam oleh 2 orang. Pertama, oleh ketua jurusan saya. Di suatu siang yang bisa dibilang nahas, beliau tiba-tiba berdiri di belakang saya. Sambil memegang pundak saya, beliau melontarkan sebuah statement "sekolahmu kok lama bener tho, nanggg..". Oh shyieeettt, saya shock luar biasa karena ketua jurusan tidak menganggap saya sebagai mahasiswanya. Beliau memanggil saya dengan sebutan "nang" dan memperlakukan saya seperti siswa kelas 6 SD yang tinggal kelas untuk kedua kalinya. Oh, benar-benar hari yang nahas. Saya cuman bisa nyengir kuda sambil pelan-pelan menghilang dari jurusan. Agenda pinjem buku di perpus jurusan hari itu langsung saya batalkan. Sampai rumah saya langsung tiduran di sofa sambil selimutan. Demam, mamennnn...
Demam yang kedua kalinya saya alami ya karena itu tadi, interview dengan Pak Operational Manager. Saya aja ampe minder berat dengan kualitas interview saya. Langsung ngerasa kecewa dan pasrah begitu meninggalkan ruangan sang OM. Dan efek lanjutannya juga sama: sampe rumah tiduran di sofa dan langsung selimutan karena demam melanda. Untungnya interview kerja yang pertama saya ga masuk kategori gagal yang luar biasa. Meskipun gagal di sesi tanya jawab, at least di akhir cerita saya tetap mendapatkan pekerjaannya.
Di sekolah dan kuliah, saya tak mendapatkan pelajaran interview. Saya juga ga pernah ikut les, simposium, maupun gathering dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan interview saya. Dari dulu saya memang tidak pernah tertarik untuk terlibat atau melibatkan diri dalam sebuah kegiatan yang melibatkan orang sukses yang memberikan trik tentang bagaimana bisa sukses dihadapan orang-orang yang belum sukses. Saya males melakukannya.
Saya lebih suka memperhatikan dan mendengarkan omongan orang disekitar saya yang saya tahu betul bagaimana track record dan apa yang bisa saya gali darinya. Dan saya tak suka terperangkap dalam siklus seperti ini: hadir di sebuah acara motivasional, mendengarkan dengan penuh penghayatan dan perenungan, timbul motivasi yang luar biasa dan semangat yang terbakar gila-gilaan, dan tiba-tiba dia menutup sesi bergelora itu dengan salam dahsyatnya. That's it, setelah itu saya melempem lagi.
Menurut saya, mendengarkan sesi motivatorial rasanya seperti belajar naik sepeda bayangan. Saya ditanya apa sepeda impian saya, kemudian disuruh membayangkan bagaimana bentuknya, kemudian dia mengajari saya bagaimana cara menaikinya, mengendalikan stangnya dan mengerem laju kecepatannya. Setalah saya merasa bisa mengendarainya, sang motivator tersenyum lebar penuh keyakinan. Dan sambil mengepalkan tangan, dia bilang “genjot terusss... !!”. Saat itu saya merasa mampu mengendarai sepeda impian saya, tapi begitu saya berhadapan dengan yang nyata, saya lnagsung pucet luar biasa. Saya bingung mau goes pedal yang sebelah kanan dulu atau yang sebelah kiri dulu. Dan dua buah rem yang nempel di stang ini, mana yang harus ditarik terlebih dulu ??. Oh, shyiettt.... genjot terusss dari Hong Kong ?!
Beda halnya kalo saya minta diajari oleh temen yang baru bisa naik sepeda. Dia akan lebih sabar menuntun kita dan akan mengajari kita step by step soalnya masih inget bener gimana proses jatuh bangun belajar naik sepeda. Kalo sang motivator kan udah beda, udah lama banget masa jatuh bangunnya. Yang dia ingat adalah saat itu dia begini dan begitu, dan biar bisa begini, maka kita harus begitu. Saran yang diaberikan memang pas banget buat memupuk impian dan kesuksesan, tapi dia lupa kalo kita butuh proses untuk mencapai atau bahkan setara kedahsyatannya.
Well, balik lagi ke masalah interview. Kalo saya ingat-ingat lagi, sebenernya waktu interview pertanyaannya gampang-gampang loh. Seperti misalnya "kamu pengen gaji berapa ??", "bagaimana kamu melihat dirimu sendiri ??", "apa penilaian orang-orang di sekitar terhadapmu ??", dan pertanyaan-pertanyaan remeh lainnya.
Tapi yang namanya pertanyaan remeh pun seringkali malah jadi batu sandungan buat kita. Itulah kenapa kita tidak boleh meremehkan segala sesuatu. Seandainya semua pertanyaan itu ditanyakan oleh temen nongkrong kita, pasti kita bisa menjawab dengan tangkas dan trengginas. Berhubung yang nanya bukan mereka, melainkan orang yang berpotensi menguasai kita, jadilah kita kehabisan keberanian dan kata-kata. Saya ingat pernah menadapat sebuah pertanyaan yang berbunyi "sukses adalah ??". Dalam kertas saya menulis "sukses adalah mampu membeli barang yang kita inginkan tanpa pernah melihat label harganya. Lihat, Pegang, Bayar !!". Tapi itu di atas kertas. Begitu Pak OM menanyakan pertanyaan yang sama, saya malah diam seribu kata. Saya bimbang mau jawab apa. Salah satu hal yang membuat saya bimbang adalah apakah jawaban saya terdengar cukup intelek untuknya. Well, dalam sesi interview itu, saya benar-benar penganut falsafah "silence is golden".
Saya percaya bahwa setiap orang pasti punya satu ingatan yang entah kenapa kalo bisa ingin sekali dihilangkan dari ruang penyimpanan. dan untuk saya, jelas sudah kalo sesi interview pertama saya adalah salah satu ingatan yang ingin saya hilangkan.
Beberapa waktu yang lalu, saya menemukan sebuah artikel yang menarik. Judul artikel itu adalah “How To Answer 10 Tough Question”, karangan Rachel Zupek. Dalam artikelnya itu, dia menuliskan beberapa panduan yang semoga saja dapat menjadi jalan keluar dan menjauhkan kita dari sebuah interview disaster. Artikel itu kira-kira berisi seperti ini:
How to Answer 10 Tough Interview Questions
By Rachel Zupek.
Pertanyaan brengsek nomor 1: “ceritakan tentang diri anda”.
Ini adalah pertanyaan standar dan sekaligus pertanyaan pembuka yang dilakukan oleh hampir semua calon atasan kita dalam menjalankan modus operandinya. Meskipun begitu, seringkali pertanyaan ini sukses berat bikin kelabakan setiap pelamar pekerjaan.
Kalo nasehat dari Rachel Zupek, dia menyarankan agar kita menceritakan “a quick rundown of your qualifications and experience. Talk about your education, work history, recent career experience and future goals”.
Rachel Zupek memberi contoh jawaban seperti ini:
"I graduated from University X and since then, I have been working in public relations with an agency where I have generated millions of PR hits for my clients. While I've enjoyed working on the agency side, I'm looking to expand my horizons and start doing PR for corporate companies such as this one."
*Cekidot beibehhh... “I'm looking to expand my horizons and start doing PR for corporate companies such as this one”. Peresss is okay !!
Pertanyaan brengsek nomor 2: "kenapa anda meninggalkan pekerjaan anda yang sebelumnya ??"
Saya belum pernah mendapatkan pertanyaan yang seperti ini. Kalo menurut Rachel Zupek, sebaiknya kita membicarakan tentang pengalaman dan keinginan kita, dan menghindari sesi menjelek-jelekkan bos maupun kebijakan perusahaan tempat kita bekerja sebelumnya. Lebih baik kalo kita menceritakan tentang pengalaman dan keahlian apa saja yang sudah kita dapatkan dari pekerjaan kita sebelumnya dan bagaimana kita akan memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman itu di posisi dan perusahaan yang baru ini.
Rachel Zupek memberi contoh jawaban seperti ini:
"The company just wasn't a good fit for my creativity, but I learned that organizations have distinct personalities just like people do. Now I know where I'll be a better fit."
Pertanyaan brengsek nomor 3: "dimana anda melihat diri anda dalam 5 tahun ke depan ??"
Berikan gambaran bahwa anda bukan lagi ABG-ABG labil yang resah dalam pencariannya dan menggunakan cap-cip-cup sebagai senjata andalan untuk menyelesaikan semua permasalahan. Dan yang paling penting, kasih kesan kalo kita berencana untuk stay di perusaan ini dalam jangka waktu yang cukup lama. Cukup lama sampai anda dipecat oleh mereka. Loyalitas adalah kata favorit perusahaan, sama favoritnya dengan istilah “potong gaji” dan “UMR tidak naik tahun ini”.
Rachel Zupek memberi contoh jawaban seperti ini:
"I want to secure a civil engineering position with a national firm that concentrates on retail development. Ideally, I would like to work for a young company, such as this one, so I can get in on the ground floor and take advantage of all the opportunities a growing firm has to offer."
*cekidot beibehhh... “I would like to work for a young company, such as this one, so I can get in on the ground floor and take advantage of all the opportunities a growing firm has to offer”. Peresss is okay part 2 !!.
Pertanyaan brengsek nomor 4: "apa kelemahan anda ??"
Pertanyaan ini gosipnya udah ada sejak dari jaman batu, saat para tukang tanah menginterview para buruh pengangkut batu. Dan para buruh batu itu cukup pintar untuk tidak menjawab "saya kurang bisa memasak menu pazta Italia, saya tidak menguasai jurus kung-fu Cina, dan saya tidak berbakat untuk menari India". Dan tukang tanah cuman berkata "peduli setan dengan segala ketidak mampuanmuselama kamu bisa mengangkat batu".
Well, sedikit gambaran untuk kita semua. Our future employer tak akan peduli dengan betapa tidak berbakatnya kita dalam dunia sulap, atau ketidak mampuan kita untuk membuat dendeng sapi yang lezat. Rachel Zupek lebih menyarankan kita untuk "respond to this query by identifying areas in your work where you can improve and figure out how they can be assets to a future employer. If you didn't have the opportunity to develop certain skills at your previous job, explain how eager you are to gain that skill in a new position".
Rachel Zupek memberi contoh jawaban seperti ini:
"I wasn't able to develop my public-speaking skills. I'd really like to be able to work in a place that will help me get better at giving presentations and talking in front of others."
Pertanyaan brengsek nomor 5: "kenapa anda dirumahkan ??"
Semoga kita semua tak akan pernah bertemu dengan pertanyaan seperti ini. Pertanyaan ini kemungkinan besar akan lebih sering ditanyakan mengingat perekonomian yang sedikit (-demi sedikit bertambah) buruk akibat krisis global yang terjadi di seluruh dunia. Selama anda tidak melarikan uang perusahaan maupun melakukan kecurangan-kecurangan lainnya, the best way to tackle this question is to answer as honestly as possible.
Rachel Zupek memberi contoh jawaban seperti ini:
"As I'm sure you're aware, the economy is tough right now and my company felt the effects of it. I was part of a large staff reduction and that's really all I know. I am confident, however, that it had nothing to do with my job performance, as exemplified by my accomplishments. For example..."
Pertanyaan brengsek nomor 6: "menurut anda, selama ini kelakuan terburuk bos anda adalah... ?"
JEBAKAN !! ini adalah pertanyaan pancingan bin jebakan. Pokoknya jangan pernah menjelekkan mantan bos !!. Never, ever talk badly about your past bosses karena ini hanya akan menjadi petunjuk kepada calon bos potensial anda bahwa suatu saat, cepat atau lambat, anda akan membicarakan keburukannya juga.
Rachel Zupek memberi contoh jawaban seperti ini:
"While none of my past bosses were awful, there are some who taught me more than others did. I've definitely learned what types of management styles I work with the best."
Pertanyaan brengsek nomor 7: "bagaimana lingkungan anda mendeskripsikan tentang diri anda ??"
Meminta pendapat dan pandangan tentang diri anda kepada sahabat, rekan kerja, bos atau mungkin dosen pembimbing adalah sesuatu yang baik untuk dilakukan. Dari sini kita bisa mengetahui bagaimanakah mereka melihat kualitas kita sebagai seorang sahabat, sebagai seorang pekerja, dan sebagai seorang mahasiswa. Dan dari sini pula kita bisa memanfaatkannya untuk mengidentifikasi apa saja kelebihan dan kelemahan kita.
Rachel Zupek memberi contoh jawaban seperti ini:
"My former colleagues have said that I'm easy to do business with and that I always hit the ground running with new projects. I have more specific feedback with me, if you'd like to take a look at it."
Pertanyaan brengsek nomor 8: "beri alasan kenapa kami harus memilih anda ??"
Inilah saatnya anda menjual diri anda. Ingat: kebohongan bukanlah barang dagangan !!. Ceritakan tentang berbagai pencapaian yang telah anda dapatkan, ceritakan tentang kemampuan yang anda miliki dan betapa berpotensinya anda sebagai aset perusahan incaran anda ini.
Rachel Zupek memberi contoh jawaban seperti ini:
"I'm the best person for the job. I know there are other candidates who could fill this position, but my passion for excellence sets me apart from the pack. I am committed to always producing the best results. For example..."
Pertanyaan brengsek nomor 9: "kalo anda boleh memilih sebuah perusahaan, dimana kah anda paling ingin bekerja ?? "
Lagi-lagi pertanyaan JEBAKAN. Ini adalah pertanyaan yang mungkin sebenernya ingin sekali anda jawab, tapi demi pekerjaan dan masa depan, sebaiknya jangan. Pokoknya jangan pernah sekalipun anda menyebutkan nama perusahaan selain yang sedang menginterview anda. Apalagi menyebutkan nama perusahan saingannya. Wah, bisa kiamat anda. Selain membahayakan karier yang nyaris ditangan, jawaban anda juga memperlihatkan bahwa anda tidak memiliki manner yang cukup baik sebagai calon karyawan.
Rachel Zupek memberi contoh jawaban seperti ini:
"I wouldn't have applied for this position if I didn't sincerely want to work with your organization".
Setelah anda menjawab demikian, anda juga boleh menambahkan kenapa anda sangat ingin bekerja di perusahaan tersebut, apa saja daya tariknya menurut anda, dan jangan lupa ceritakan juga betapa anda adalah kandidat paling potensial untuk mereka. *cekidot beibehhh... Peresss is okay part 3 !!.
Pertanyaan brengsek nomor 10: "menurut anda, berapa seharusnya kami menggaji anda ??"
Gaji adalah topik yang mengerikan karena salah sebut bisa jadi bencana. Kalo kita menyebutkan digit yang kerendahan, takutnya akan jadi penyesalan. sedangkan kalo kita menyebut digit yang ketinggian, takutnya kita malah ga dapet apa-apa. Percayalah, dijaman susah dan resesi seperti ini, gaji tetap menjadi topik yang utama.
Rachel Zupek memberi contoh jawaban seperti ini:
“Like most people, I would like to improve on my salary, but I'm more interested in the job itself than the money. I would be open to negotiating a lower starting salary but would hope that we can revisit the subject in a few months after I've proved myself to you."
Demikianlah Rachel Zupek memberikan panduan dan solusi bagi kita untuk menghadapi berbagai pertanyaan yang mungkin muncul dalam sesi interview kita. Poin pentingnya adalah: jangan sampai ketidak-tahuan menjauhkan kita dari berbagai kesempatan yang mungkin saja seharusnya kita dapatkan.
PS: percayalah kata saya, interview kerja bukanlah keahlian yang harus kita miliki dengan cara doing trial and error. jadi, sering bolak-balik melakukan interview kerja hanya untuk menambah pengalaman bukanlah tindakan yang pintar.
PS 2: akhir-akhir ini Rachel Zupek sudah mulai menggantikan peran J.K Rowling dalam hidup saya. bahkan saya memfollow twitternya. my oh my....